Sambutan Direktur Akademik - Universitas Ciputra, pada buku Sarung Tenun Indonesia (Adi Kusrianto)
Di Indonesia, keahlian dan kreativitas pada
kain sangat menonjol dijumpai pada karya batik dan tenun. Yang pertama
kecanggihan nya terletak pada teknik disain motif dan pewarnaan nya. Sedangkan
pada tenun kecanggihan nya selain dua hal diatas adalah pada garapan kain nya
itu sendiri. Perbedaan kecanggihan kedua karya kain tersebut membuat
masing-masing memiliki kelompok peminat fanatiknya sendiri. Kesohoran kedua
karya tekstil Indonesia tersebut sudah sangat diakui sampai keluar negeri. Saya
tahu ada pembeli dari Jerman yang sepuluh tahun lalu menghargai sehelai kain
Geringsing motif wayang seharga hampir seratus juta rupiah. Motif wayang pada
karya double-ikat berarti tingkat kerumitan yang hampir tak terbayangkan. Kain
tenun Indonesia juga banyak variasinya akibat kekayaan ragam budaya kita. Kain
Lurik Jogja, Songket Sumatera, kain tenun Sumba, tenun Geringsing dari
Tenganan, hanyalah sebagian kecil saja dari beragam kain tenun Indonesia yang
ada.
Dari sisi produksinya, industri batik secara
tradisi berada dan berkembang di Jawa. Sedangkan kerajinan tenun kita jumpai
hampir di semua tempat di Indonesia de–ngan bahan, benang dan elemen yang
sangat bervariasi pula. Kita jumpai
benang dari kapas, sutera alam, serat kayu, serat pisang, serat bamboo, dan di
beberapa daerah kerang-kerang mungil dan benang logam dipadukan dalam sebuah
pola disain yang sangat indah dan unik. Pewarnaan alam juga masih banyak
dipakai – suatu hal yang mulai dihargai kembali dimasa kini.
Saat ini batik sudah mendapat eksposure yang
memadai, dan berkembang sampai hampir semua provinsi di Indonesia memiliki
motif batik nya sendiri yang di dasarkan pada ke khas an motif dari kearifan
setempat. Namun Tenun Indonesia yang sangat banyak variasinya itu masih sangat
sedikit referensi tertulisnya.
Orang Indonesia memiliki rasa spiritualitas yang
tinggi. Bisa dikata segala yang dilakukan nya, segala yang di ciptakan nya
selalu memiliki makna, didasarkan atas konsep kehidupan dan estetika
kontekstualnya.
Sehingga seringkali, motif, baik pada karya kain
maupun lainnya, merupakan sebuah tetenger dari penemuan dan lesson-learned dari
pengalaman kolektif tertentu yang menarik. Jadi motif merupakan sebuah cara
komunikasi dan pelestarian nilai-nilai budaya.
Namun paling tidak ada dua hal yang mengancam
karya dan nilai pada kain. Pertama adalah fakta bahwa budaya kita adalah budaya
lisan. Ini yang seringkali menyebabkan makna dan konsep dibalik aspek tangible
itu menjadi sirna-terlupakan jika passing-on secara lisan ini tidak baik atau
terdistorsi oleh cerita-cerita lain dan baru yang mendominasi jaman sesudahnya.
Yang kedua, kondisi alam tropis yang lembab dan banyak serangga pemakan
elemen-elemen tekstil membuat tekstil Indonesia lawas hanya sangat sedikit yang
tersisa.
Dua alasan diatas membuat buku seperti ini, yang
bagaikan sebuah ensiklopedia sarung tenun, sangatlah dibutuhkan. Tradisi
tertulis dalam buku adalah salah satu
pelestari budaya. Buku ini bisa dipakai untuk mendapatkan informasi secara
umum, yang juga bisa mengantar ke penelitian akan informasi yang lebih mendalam
tentang aspek tenun tertentu.
Adi Kusrianto adalah seorang yang memiliki
pengalaman panjang pada karya tekstil, seorang pembaca buku dengan appetite
yang luarbiasa dan detektif informasi yang gigih. Semangatnya yang luarbiasa
dalam berbagi ilmu dan keahlian yang dimiliki, baik dengan cara mengajar maupun
menulis buku secara sangat produktif itu sangat kami hormati.
Kami dari Universitas Ciputra menyambut dengan
gembira penerbitan buku tentang Sarung Tenun oleh Pak Adi Kusrianto. Kami
berharap buku-buku karangannya tentang berbagai karya kain Indonesia secara
lebih detail akan segera menyusul.
Yohannes Somawiharja
No comments:
Post a Comment